“Kinerja Sumber Daya Manusia pada Birokrasi”
Disusun Oleh :
Lio Permana
Universitas Jendral Soedirman
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
mencapai tujuannya tentu birokrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
misalnya faktor lingkungan, teknologi, sumberdaya manusia, struktur, dll.
Faktor sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja
birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada publik karena manusia itu sendiri
adalah sebagai pelaksana tujuan birokrasi. Sebagai inti dari pelaksana tujuan
organisasi maka sumberdaya manusia perlu mendapatkan perhatian dan controlling
yang tepat.
Pada
umumnya, SDM pada birokrasi Indonesia masih belum menunjukan kualitas yang baik,
hal tersebut ditunjukan dengan banyaknya masyarakat yang merasa bahwa pelayanan
pada birokrasi kurang cepat
tanggap, dan kurang ramah. Hasil jajak pendapat kompas
menunjukkan bahwa masyarakat yang disurvey sebagian besar tidak puas dengan
kerja birokrasidi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil bahwa 62,9%
responden merasa memerlukan waktu yang lama dalam berurusan dengan birokrasi,
58% responden menyatakan bahwa aparat birokrasi gampang disuap, 65,3% responden
menyatakan ketidakpuasan akan efektivitas kerja birokrasi, dan sebagian
masyarakat masih kecewa dengan kedisiplinan, dan kesigapan kerja birokrasi.
Dan juga banyaknya kasus-kasus human eror yang melibatkan para pegawai
birokrasi di Indonesia. Misalkan seperti yang terjadi di kabupaten Banyumas
pada perhitungan suara pemilu legislatif 9 mei 2014, KPU Banyumas telah diduga
melakukan pelanggaran dalam proses
perhitungan ulang rekapitulasi hasil perolehan suara di PPS teluk (Radar
Banyumas, Senin 19/5/14). Dengan demikian telah memperlihatkan adanya human eror pada birokrasi kita yang
telah mengurangi hasil kinerja birokrasi.
Oleh karena itu
SDM menjadi faktor yang vital dalam menentukan hasil kinerja birokrasi terhadap
publik. Semakin buruk kualitasnya maka semakin buruk juga kualitas kinerja
birokrasi di negara tersebut. Maka perlu adanya pembahasan mengenai penyebab
kualitas sumberdaya manusia di birokrasi kita.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana hubungan faktor kepuasan
kerja dengan kinerja sumberdaya manusia pada birokrasi?
2. Bagaimana upaya peningkatan kinerja para
pegawai birokrasi?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menempuh tugas yang diberikan pihak lembaga
Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto, khususnya
dari Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Jenderal Soedirman Purwoketo pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara.
Dalam membuat makalah ini agar lebih memahaminya
penulis membuat beberapa tujuan penulisan diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Untuk
Mengetahui bagaimana
kualitas SDM pada birokrasi di Indonesia
2. Untuk
Mengetahui pengaruh
ketidakpuasan kerja terhadap kinerja birokrasi.
3. Untuk mengetahui
bagaimana upaya peningkatan SDM pada birokrasi.
D.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatkan
tentang pemahaman pengembangan kinerja sumberdaya manusia bagi penulis.
2.
Menjadi
wacana bagi praktisi dalam menerapkan pengembangan kinerja pegawai birokrasi.
3.
Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini.
E.
Kajian Pustaka
1.
Teori Dua Faktor (Two Factors Theory) dari Frederick Herzberg.
Menurut Herzberg ada dua
faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi. Menurut Herzberg
terdapat faktor yang menyebabkan kepuasan dan faktor yang menyebabkan ketidak
puasan manusia bekerja.
·
Faktor pertama disebut motivator atau
pembawa kepuasan
·
Faktor kedua disebut hygiene atau
pembawa ketidakpuasan,
Teori ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Motivator (Kepuasan / + )
|
Hygiene (Ketidakpuasan
/ - )
(mencegah ketidak puasan tetapi bukan
penyebab terjadinya kepuasan)
|
1.Prestasi yang dicapai
2.Pengakuan atau rekognisi
3.Dunia kerja itu sendiri
4. Tanggung jawab
5. Kemajuan atau Peningkatan
|
1. gaji, upah dan
tunjangan lainnya
2. kebijakan
perusahaan dan administrasi
3. Hubungan
baik antar-pribadi
4. Kualitas pengawasan
5. Keamanan pekerjaan
6. Kondisi
kerja
7. keseimbangan
kerja dan hidup
|
Sumber : Danim, 2004.
2.
Teori X dan Teori Y oleh Douglas McGregor
Menurutnya ada dua
pandangan tentang manusia, yang pertama pada dasarnya manusia punya sifat
negatif yaitu Teori X dan lainya, manusia punya sifat positif yaitu Teori Y.
McGregor berkesimpulan bahwa pandangan seorang manajer tentang sifat manusia
didasarkan pada pengelompokan asumsi tertentu dan bahwa manusia cenderung untuk
menyesuaikan perilakunya terhadap bawahannya sesuai dengan asumsi-asumsi
tersebut.
Ada 5 asumsi Teori X
yang dianut para manajer :
1. Para pegawai pada dasarnya tidak
menyukai pekerjaan dan berusaha menghindarinya.
2. Sebagian besar orang tidak ambisius,
mempunyai keinginan sedikit untuk bertanggung jawab, dan lebih senang untuk
diarahkan.
3. Sebagian besar orang memiliki
kemampuan daya cipta yang kecil dalam memecahkan masalah-masalah organisasi.
4. Motivasi terjadi hanya pada tingkat
fisik dan keselamatan.
5. Sebagian besar orang harus dikontrol
secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi.
Kebalikan dari pandangan
yang negatif terhadap manusia, McGregor menempatkan 5 asumsi lain yang disebut
Teori Y :
1. Pekerjaan secara alami merupakan
permainan, apabila kondisinya baik.
2. Kontrol diri sendiri sering sangat
diperlukan dalam mencapai tujuan organisasi.
3. Kemampuan daya cipta dalam
memecahkan masalah-masalah organisasi tersebar luas dalam masyarakat.
4. Motivasi terjadi pada tingkat
berkelompok, penghormatan, dan pemuasan diri, sama baiknya dengan tingkat fisik
dan keamanan.
5. Orang dapat dikontrol diri sendiri
dan memiliki daya cipta dalam bekerja apabila dimotivasi sebagaimana mestinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hubunngan Ketidakpuasan
Kerja Dengan
Kinerja SDM pada Birokrasi.
Birokrasi
merupakan jajaran pemerintahan eksekutif dari tingkat atas (Kepresidenan)
sampai tingkat paling bawah, yang mengimplementasikan atau menjadi pelaksana
dari kebijakan publik yang sekaligus sebagai pelayan publik. Dalam birokrasi, sumber daya manusia menjadi pelaksana dari kebijakan
dan program yang dibuat untuk melayani kepentingan publik. Masyarakat telah
menilai bahwa kualitas pelayanan dari birokrasi masih sangat dibawah standar.
Maka pemerintah perlu melakukan pembenahan pada system pelayanan terhadap
masyarakat, khususnya dari sisi sumber daya manusia.
Ketidakpuasan kerja karyawan dalam birokrasi menjadi hal yang penting dalam
menentukan bagaimana kinerja mereka dalam melakukan pelayanan. Menurut Teori Dua Faktor (Two Factors Theory) dari Frederick
Hezberg ada faktor yang mempengaruhi ketidak puasan kerja, yaitu faktor Hygiene yang berhubungan langsung dengan
kepuasan suatu pekerjaan, tetapi berhubungan langsung dengan timbulnya suatu
ketidakpuasan kerja. Sehingga faktor hygiene tidak dapat digunakan sebagai alat
motivasi. Oleh
karena itu hygiene perlu mendapat perhatian agar kita dapat menganalisa faktor
ketidakpuasan dalam bekerja yang menjadi penyebab menurunnya kinerja para
pegawai birokrasi.
Berikut
ini adalah implikasi faktor hygiene dalam birokrasi :
1.
Gaji, upah dan tunjangan
Insentif dan gaji yang memadai memang dapat menimbulkan kepuasan kerja akan
tetapi pada kenyataannya di birokrasi kita insentif yang tinggi belum
memperbaiki kinerja para pegawai karena insentif
tersebut belum memiliki standarisasi yang ketat untuk menuntut prestasi. Namun insentif yang rendah
justru akan mengurangi semangat pegawai
dalam melaksanakan tugas..
2.
Kebijakan perusahaan dan administrasi
Yang menjadi sorotan disini adalah kebijaksaan personalia. Pelaksanaan kebijakasanaan dilakukan masing
masing birokrat yang bersangkutan. Dalam hal ini supaya mereka berbuat
seadil-adilnya sehingga dapat membuat pegawai merasa nyaman dalam
mengimplementasikan kebijakan.
3.
Hubungan baik antar-pribadi
Dukungan rekan sekerja atau kelompok kerja dapat menimbulkan kepuasan
kerja bagi pegawai. Hubungan antar pribadi
atau rekan kerja dapat menentukan kepuasan kerja ditinjau dari: (1) adanya
kompetisi yang sehat dilingkungan kerja, (2) sejauh mana pegawai yang bekerja sama akan
memberikan dukungan yang cukup, (3) pekerja dapat bekerja sama dengan
orang yang bertanggungjawab (tidak memandang senioritas).
4.
Kualitas pengawasan
Apabila pengawasan yang dilakukan oleh para pengawas
masih rendah, maka dapat menyebabkan kinerja pegawai menjadi kurang
maksimal dan dapat juga menimbulkan munculnya berbagai macam penyimpangan yang
dilakukan oleh para pekerja di birokrasi.
5.
Keamanan pekerjaan
Keamanan
pekerjaan itu mencakup kesehatan dan keselamatan para pekerja. Keselamatan dan kesehatan
para pekerja juga perlu terus dipantau, agar kualitas kinerja para pekerja semakin meningkat. Agar proses penjagaan
keamanan dapat berjalan dengan baik, maka dapat dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:
a. Memberi contoh tentang perilaku kerja yang aman pada karyawan.
b. Memberikan jaminan keselamatan kerja seperti
asuransi jiwa dan asuransi kesehatan.
c. Tegakkan standar keselamatan kerja secara tegas.
6.
Kondisi
Kerja
Masing-masing birokrat dapat berperan dalam berbagai hal
agar keadaan masing-masing bawahannya menjadi lebih sesuai. Misalnya ruangan
khusus bagi unitnya, penerangan, fasilitas-fasilitas, dan kondisi lingkungan
yang nyaman. Apabila kondisi kerja dirasakan kurang nyaman maka juga akan
menurunkan kerja pegawai.
7.
Keseimbangan Kerja dan Hidup
Keseimbangan Antara kerja dan hidup merupakan pembagian
antara waktu pekerja untuk berja dengan waktu bebas kerja, dengan adanya
pembagian yang kurang tepat Antara waktu bekerja dan waktu bebas kerja maka
akan memberikan rasa jenuh kepada pegawai terhadap pekerjaan. Namun jika
waktu bebas kerja itu juga berlebihan maka akan mengurangi semangat kerja dari
pegawai.
Dengan
demikian faktor hygiene perlu mendapat perhatian agar pemerintah dapat memahami
apakah pegawai merasa puas atau tidak terhadap pekerjaannya. Karena apabila
kinerja pegawai birokrasi menurun maka akan buruk pula kualitas pelayanan
publik kita.
B. Peningkatan Kinerja SDM pada Birokrasi di Indonesia.
Masyarakat
Indonesia melihat bahwa pelayanan dalam birokrasi masih belum baik. Masyarakat
beranggapan bahwa para pelayan public tersebut belum memiliki komitmen dan
konsistensi dalam memberikan pelayanan. Hal tersebut karena setiap sumber daya
manusia dalam birokrasi belum menjalankan standar-standar kompentensi dengan
baik dalam memberikan pelayanan. Oleh karena itu banyak masyarakat yang
merasakan bahwa pelayanan dari para birokrat kita belum cepat tanggap.
Jika kita
mengacu pada teori X dan Y dari McGregor, maka kita dapat melihat bahwa
perilaku dari para pekerja birokrasi kita berbeda-beda. Misal pada karyawan X
yang memiliki sikap kurang cepat tanggap, kurang memiliki kesadaran dan
komitmen, tidak suka bekerja dan tidak bertanggungjawab. Lalu pada karyawan Y
yang memiliki kesadaran tinggi akan pekerjaannya, suka bekerja, memiliki
komitmen dan bertanggungjawab. Demikianlah seperti halnya yang terjadi di Indonesia saat ini, banyak para
pegawai birokrat yang memiliki karakter X tetapi juga ada yang memiliki
karakter Y.
Dengan memahami sifat dan karakter dari para pegawai birokrat kita maka kita dapat menentukan cara untuk meningkatkan
kualitas para pegawai birokrasi. Berikut adalah berbagai cara penanganganan
masalah sumber daya manusia yang kami paparkan berdasarkan karakter pegawai itu
sendiri :
1. Pegawai memiliki kemampuan daya cipta yang kecil dalam memecahkan
masalah-masalah organisasi, maka perlu diadakannya pelatihan kepada para
pegawai agar mereka mampu meningkatkan kemampuan mereka.
2. Pegawai kurang ambisius, kurang
bertanggung jawab dan hanya senang di arahkan. Maka perlu adanya motivasi
kepada pegawai seperti halnya berupa imbalan atas prestasi dan hukuman atas
pelanggaran.
3. Pegawai kurang menyukai pekerjaan, maka
perlu adanya penempatan posisi kerja atau divisi yang sesuai dengan kemampuan
pegawai tersebut.
4. Pegawai suka melakukan pelanggaran dalam
bekerja, maka diperlukan fungsi controlling
yang tegas agar pegawai tidak melakukan penyelewengan dalam pencapaian
tujuan organisasi.
5. Pegawai menunjukan prestasi yang baik
dalam bekerja, maka pegawai patut mendapatkan imbalan atau balas jasa
(remunerasi)
yang diberikan kepada tenaga kerja sebagai akibat dari prestasi yang telah
diberikannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketidakpuasan
pegawai mempengaruhi kinerja mereka dalam menjalankan tugas-tugas birokrasi.
Semakin tidak terpenuhinya faktor hygiene dalam birokrasi maka akan semakin
menurunkan motivasi bagi para pegawai. Namun untuk mengatasi hal tersebut dapat
diatasi dengan melakukan pengembangan kinerja pegawai birokrasi dengan
melakukan pelatihan, motivasi,
controlling, remunerasi, dsb.
B.
Saran
Pemerintah perlu melakukan evaluasi dan pengembangan
untuk meningkatkan kinerja pegawai birokrasi dengan memperhatikan kemampuan,
karakter pegawai dan memenuhi faktor kepuasan kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar